Oleh: Oler Muna
LAWOROKU.COM, KENDARI- Ada pepatah lama yang mengatakan, politik adalah seni kemungkinan. Namun, bagi La Ode Darwin, politik tampak lebih dari sekadar seni. Ia adalah panggung tempat kelihaian, kecerdasan, dan intuisi berpadu menjadi harmoni.
Dua momentum besar telah menjadi saksi bagaimana Darwin memainkan ritme politik dengan kepiawaian seorang maestro, pertama pada perebutan rekomendasi partai politik untuk maju sebagai Calon Bupati di Kabupaten Muna Barat (Mubar) pada periode 2024 silam.
Di saat banyak tokoh sibuk membangun koalisi dan lobi-lobi politik, Darwin justru tampil tenang, sistematis, dan penuh perhitungan. Ia mampu meyakinkan para pimpinan partai, mulai dari tingkat kabupaten, provinsi, hingga Dewan Pimpinan Pusat.
Hasilnya? Seluruh partai politik akhirnya berlabuh memberikan dukungan kepadanya. Sebuah pencapaian luar biasa yang membuat Darwin melenggang mulus dalam kontestasi Pilkada Muna Barat tanpa lawan—suatu fenomena langka dalam dinamika politik lokal.
Kedua pada Musyawarah Daerah Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Golkar yang digelar di Hotel Claro Kendari pada 2 November 2025. Lagi-lagi, Darwin membuktikan kemampuannya sebagai negosiator sejati.
Ia tak hanya sekadar hadir, tetapi mampu menaklukkan ruang musyawarah dengan argumentasi dan pendekatan persuasif yang elegan. Hasilnya tak terbantahkan, Darwin terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPW Partai Golkar Sulawesi Tenggara setelah mendapat dukungan penuh dari 17 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) serta seluruh organisasi sayap partai.
Tentu saja, semua itu tidak terjadi secara kebetulan. Di balik pencapaian besar itu, ada kemampuan bernegosiasi, diplomasi yang tajam, serta karisma yang memikat.
Darwin ibarat sosok “flamboyan” sebuah istilah dari bahasa Prancis yang berarti “seperti api.” Kata ini menggambarkan sesuatu yang berani, bersemangat, dan memancarkan pesona. Ia hadir dengan keyakinan diri, energi positif, dan gaya yang khas—mampu menyalakan semangat di sekitarnya.
Tidak mengherankan bila setiap langkahnya selalu menarik perhatian dan membuahkan hasil yang solid. Seorang Darwin memang berbeda bukan hanya piawai berpolitik, tetapi juga memahami betul seni membangun kepercayaan.
Sebagai penutup, penulis ingin menegaskan satu hal La Ode Darwin laksana seniman politik yang mampu menyejukan hati para penggemar